Indonesia kita ini terkenal dengan masyarakatnya yang ramah serta murah senyum. Budaya ini sudah turun temurun dari nenek moyang bangsa ini. Mengusung jiwa kebersamaan yang tinggi. Terlebih lagi kita selalu beranggapan bawa seluruh masyarakat Indonesia adalah saudara. Banyak faktor yang menyebabkan bangsa ini disebut - sebut memiliki solidaritas yang tinggi.
Komunikasi. Mungkin merupakan suatu hal yang utama dalam menjalin hubungan, apapun itu pasti membutuhkan komunikasi. Simple memang, tapi fatal jika tak pandai.
Komunikasi sering dianggap remeh oleh masyarakat kita, terutama dari cara bertutur kata atau berucap. Karena seringkali masyarakat tidak menyadari pentingnya berbicara. Dewasa ini komunikasi secara lisan sedikit banyak mulai pudar. Makin banyak orang tak menghiraukan keadaan sekitarnya karena fokus dengan chat yang lebih asyik di smartphone nya. Makin banyak pula anak kecil yang kurang perhatian karena orang tuanya kecanduan smartphone.
Tutur kata atau perkataan yang diucapkan sering diremehkan oleh banyak orang. Mungkin sebagian dari mereka beranggapan karena sudah saling kenal sehingga bebas untuk berucap. Padahal tidak boleh seperti itu, mengapa tidak boleh? Hal ini karena setiap orang memiliki perasaan yang berbeda-beda dan kita dituntut untuk menjaga tutur kata yang baik demi menjaga hubungan baik dengan orang di sekitar kita.
Pernah ada cerita dari sebuah keluarga yang pernah bertengkar hanya karena tutur kata yang tidak pas dari seorang ibu pada anak tirinya. Saat itu keluarga tersebut berencana untuk rekreasi bersama. Tapi, salah satu anak tirinya tidak mau ikut bergabung dan ia berkata bahwa ia ingin istirahat saja di rumah. Namun, seketika itu pula sang ibu menyahut perkataannya dengan sindiran yang pedas karena hal itu dianggap mengganggu rencana keluarga olehnya. Tak lama kemudian sepercik pertengkaran pun muncul.
Hal ini cukup membuktikan bahwa tutur kata memiliki pengaruh yang fatal jika tidak digunakan secara baik. Walaupun kita sedang dalam perasaan yang kesal dan dipenuhi amarah alangkah baiknya tetap menjaga emosi sebaik mungkin. Mengacu pada peribahasa "mulutmu harimaumu", menunjukkan bahwa apapun yang kita ucapkan jika tidak dipikirkan terlebih dahulu dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Tutur kata perlu dijaga bukan hanya untuk orang di sekitar kita saja, tetapi kepada siapapun lawan bicara kita. Malah seharusnya kepada orang lain lah kita harus bisa menjaga sopan santun. Karena apa yang dikatakan orang lain adalah sebagian besar dari cerminan diri kita,
Percaya atau tidak, kasta atau status kehidupan juga berpengaruh pada pola komunikasi kita. Ada yang kian membaik, namun tak jarang juga yang semakin memburuk. Mari kita gambarkan dengan dua status, menengah ke bawah dan menengah ke atas. Sebagian besar kalangan menengah ke bawah memiliki tutur kata yang ramah dan sopan, hal ini diiringi dengan kehidupan yang mereka jalani karena mereka merasa tidak pantas untuk menyombongkan diri dengan berbicara yang tinggi. Tetapi, tak jarang juga mereka bersikap dan berbicara tinggi karena tidak mau dianggap rendah dan biasanya dipengaruhi karena gengsi. Untuk kalangan menengah ke atas, mereka yang tetap sederhana dan berkomunikasi dengan sopan kepada siapapun dapat diyakinkan bahwa mereka merasa bahwa meraih kesuksesan tidaklah mudah, dan hal ini cukup berpengaruh pada bagaimana cara mereka berbicara dan tetap merendah. Namun, tak jarang juga mereka kalangan menengah ke atas yang merasa bahwa merekalah yang paling berkuasa di sekitarnya, sehingga seringkali mereka melakukan hal-hal yang diluar batas wajar secara sosial. Salah satunya adalah melontarkan kata-kata pada orang lain seenaknya. Contoh paling kecilnya adalah cara mereka berkomunikasi dengan pembantu atau asisten atau supirnya dengan seenaknya.
Kita hanyalah sebagian kecil dari alam semesta ini, alangkah baiknya jika kita bisa menjaga sikap dan sopan santun kepada orang sekitar dan tidak merasa tinggi. Percayalah, kita sebagai manusia tidak mungkin tidak membutuhkan bantuan manusia juga.
Komunikasi. Mungkin merupakan suatu hal yang utama dalam menjalin hubungan, apapun itu pasti membutuhkan komunikasi. Simple memang, tapi fatal jika tak pandai.
Komunikasi sering dianggap remeh oleh masyarakat kita, terutama dari cara bertutur kata atau berucap. Karena seringkali masyarakat tidak menyadari pentingnya berbicara. Dewasa ini komunikasi secara lisan sedikit banyak mulai pudar. Makin banyak orang tak menghiraukan keadaan sekitarnya karena fokus dengan chat yang lebih asyik di smartphone nya. Makin banyak pula anak kecil yang kurang perhatian karena orang tuanya kecanduan smartphone.
Tutur kata atau perkataan yang diucapkan sering diremehkan oleh banyak orang. Mungkin sebagian dari mereka beranggapan karena sudah saling kenal sehingga bebas untuk berucap. Padahal tidak boleh seperti itu, mengapa tidak boleh? Hal ini karena setiap orang memiliki perasaan yang berbeda-beda dan kita dituntut untuk menjaga tutur kata yang baik demi menjaga hubungan baik dengan orang di sekitar kita.
Pernah ada cerita dari sebuah keluarga yang pernah bertengkar hanya karena tutur kata yang tidak pas dari seorang ibu pada anak tirinya. Saat itu keluarga tersebut berencana untuk rekreasi bersama. Tapi, salah satu anak tirinya tidak mau ikut bergabung dan ia berkata bahwa ia ingin istirahat saja di rumah. Namun, seketika itu pula sang ibu menyahut perkataannya dengan sindiran yang pedas karena hal itu dianggap mengganggu rencana keluarga olehnya. Tak lama kemudian sepercik pertengkaran pun muncul.
Hal ini cukup membuktikan bahwa tutur kata memiliki pengaruh yang fatal jika tidak digunakan secara baik. Walaupun kita sedang dalam perasaan yang kesal dan dipenuhi amarah alangkah baiknya tetap menjaga emosi sebaik mungkin. Mengacu pada peribahasa "mulutmu harimaumu", menunjukkan bahwa apapun yang kita ucapkan jika tidak dipikirkan terlebih dahulu dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Tutur kata perlu dijaga bukan hanya untuk orang di sekitar kita saja, tetapi kepada siapapun lawan bicara kita. Malah seharusnya kepada orang lain lah kita harus bisa menjaga sopan santun. Karena apa yang dikatakan orang lain adalah sebagian besar dari cerminan diri kita,
Percaya atau tidak, kasta atau status kehidupan juga berpengaruh pada pola komunikasi kita. Ada yang kian membaik, namun tak jarang juga yang semakin memburuk. Mari kita gambarkan dengan dua status, menengah ke bawah dan menengah ke atas. Sebagian besar kalangan menengah ke bawah memiliki tutur kata yang ramah dan sopan, hal ini diiringi dengan kehidupan yang mereka jalani karena mereka merasa tidak pantas untuk menyombongkan diri dengan berbicara yang tinggi. Tetapi, tak jarang juga mereka bersikap dan berbicara tinggi karena tidak mau dianggap rendah dan biasanya dipengaruhi karena gengsi. Untuk kalangan menengah ke atas, mereka yang tetap sederhana dan berkomunikasi dengan sopan kepada siapapun dapat diyakinkan bahwa mereka merasa bahwa meraih kesuksesan tidaklah mudah, dan hal ini cukup berpengaruh pada bagaimana cara mereka berbicara dan tetap merendah. Namun, tak jarang juga mereka kalangan menengah ke atas yang merasa bahwa merekalah yang paling berkuasa di sekitarnya, sehingga seringkali mereka melakukan hal-hal yang diluar batas wajar secara sosial. Salah satunya adalah melontarkan kata-kata pada orang lain seenaknya. Contoh paling kecilnya adalah cara mereka berkomunikasi dengan pembantu atau asisten atau supirnya dengan seenaknya.
Kita hanyalah sebagian kecil dari alam semesta ini, alangkah baiknya jika kita bisa menjaga sikap dan sopan santun kepada orang sekitar dan tidak merasa tinggi. Percayalah, kita sebagai manusia tidak mungkin tidak membutuhkan bantuan manusia juga.
0 komentar:
Posting Komentar